Kenapa Pemula Sering Gagal Impor? – Impor barang dari China ke Indonesia memang terlihat menggiurkan. Harga lebih murah, pilihan produk sangat beragam, dan permintaan pasar di Indonesia terus meningkat. Namun, kenyataannya tidak semua importir berhasil. Banyak pemula justru mengalami kerugian, barang tertahan di bea cukai, biaya membengkak, atau bahkan barang tidak sampai ke tangan mereka.

Kenapa hal ini sering terjadi? Jawabannya adalah karena kurangnya pemahaman tentang regulasi, perhitungan biaya yang keliru, serta terlalu percaya pada supplier tanpa verifikasi. Artikel ini akan membahas secara detail kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan pemula dan bagaimana cara menghindarinya agar impor lebih aman dan lancar.

1. Tidak Memahami Regulasi Impor Indonesia

Setiap negara punya aturan impor yang ketat, termasuk Indonesia. Pemula sering mengira semua barang bebas masuk selama membayar ongkir. Padahal, barang impor dibagi menjadi tiga kategori:

  • Barang Umum: Bisa masuk bebas dengan syarat bayar bea masuk dan pajak impor.
  • Barang Terbatas: Membutuhkan izin tambahan dari kementerian terkait. Contoh: kosmetik, alat kesehatan, dan mesin tertentu.
  • Barang Lartas (Larangan dan Pembatasan): Sama sekali tidak boleh masuk, seperti narkoba, senjata api, satwa dilindungi, atau barang palsu.

Kesalahan pemula biasanya membeli barang tanpa cek kategori, sehingga barang tertahan di pelabuhan dan akhirnya tidak bisa keluar.

2. Salah Menentukan HS Code

HS Code adalah kode standar internasional untuk mengklasifikasikan barang. Kode ini menjadi acuan bea cukai dalam menentukan pajak, aturan, dan izin tambahan. Pemula sering asal menebak HS Code atau mengisi sesuai saran supplier tanpa verifikasi. Akibatnya:

  • Kena tarif bea masuk lebih tinggi.
  • Barang tertahan karena dianggap salah klasifikasi.
  • Butuh biaya tambahan untuk revisi dokumen.

Padahal, cara cek HS Code cukup mudah melalui situs resmi Bea Cukai atau konsultasi dengan forwarder seperti RTS.

3. Mengabaikan Perhitungan Biaya Tambahan

Banyak pemula hanya menghitung harga barang di marketplace + ongkos kirim dari China. Padahal, ada beberapa komponen biaya lain yang wajib diperhitungkan:

  • Bea masuk sesuai HS Code.
  • PPN & PPh impor.
  • Biaya handling di pelabuhan.
  • Biaya administrasi & dokumen.

Jika tidak dihitung sejak awal, total biaya impor bisa membengkak hingga dua kali lipat dari harga barang. Inilah yang sering membuat pemula kaget.

4. Tidak Memperhatikan Volume & CBM

Dalam pengiriman laut, ongkos dihitung berdasarkan volume barang atau CBM (Cubic Meter), bukan hanya berat. Pemula sering salah mengira barang ringan otomatis ongkir murah, padahal jika volumenya besar biaya tetap tinggi. Contoh: bantal, kardus kosong, atau barang bulky.
Kesalahan hitung CBM membuat biaya impor lebih mahal dari perkiraan. Di sinilah peran forwarder untuk menghitung CBM secara akurat sebelum barang dikirim.

5. Tergiur Harga Murah Tanpa Cek Supplier

Marketplace China memang penuh dengan supplier yang menawarkan harga super murah. Sayangnya, banyak importir pemula tergoda tanpa melakukan pengecekan lebih lanjut. Risiko yang bisa terjadi:

  • Barang tidak sesuai kualitas.
  • Barang tidak dikirim sama sekali.
  • Tidak ada garansi jika barang rusak.

Solusi terbaik adalah memilih supplier yang punya rating bagus, sudah diverifikasi, dan punya rekam jejak jelas.

6. Salah Pilih Metode Pengiriman

Metode impor laut terbagi dua:

  • FCL (Full Container Load): Cocok untuk barang dalam jumlah besar yang bisa mengisi satu kontainer penuh.
  • LCL (Less than Container Load): Cocok untuk barang jumlah kecil karena bisa digabung dengan importir lain.

Pemula sering salah pilih. Misalnya barang sedikit tapi pakai FCL, jadinya biaya terlalu mahal. Atau barang banyak tapi ikut LCL, akhirnya lama sampai. Forwarder berpengalaman akan membantu menentukan metode paling efisien.

7. Tidak Gunakan Jasa Forwarder Profesional

Banyak pemula mencoba impor sendiri karena ingin hemat biaya. Namun, tanpa pengalaman mengurus dokumen, pajak, dan aturan, hasilnya justru kerugian. Dengan jasa forwarder seperti RTS, proses impor jadi lebih mudah:

  • Cek HS Code sesuai barang.
  • Hitung biaya impor transparan & all in.
  • Urus dokumen legalitas impor.
  • Tracking barang dari gudang China sampai Indonesia.

8. Kurang Memahami Timeline Impor

Impor lewat laut tidak instan. Butuh waktu 3–5 minggu tergantung jadwal kapal dan proses bea cukai. Banyak pemula salah perhitungan waktu, mengira barang akan sampai dalam hitungan hari. Padahal impor bukan seperti belanja e-commerce lokal.
Perencanaan timeline penting agar barang sampai tepat waktu sesuai kebutuhan bisnis.

9. Tidak Menyimpan Bukti Transaksi

Kesalahan kecil tapi fatal: tidak menyimpan invoice, bukti pembayaran, dan dokumen impor. Jika sewaktu-waktu bea cukai meminta klarifikasi, dokumen ini jadi bukti penting. Tanpa dokumen lengkap, barang bisa tertahan lebih lama.

Bagaimana RTS Membantu Importir Pemula?

  • Konsultasi gratis sebelum impor untuk cek kategori barang & HS Code.
  • Hitung biaya transparan tanpa ada biaya tersembunyi.
  • Layanan door to door dari gudang China sampai alamat di Indonesia.
  • Pilihan LCL & FCL sesuai kebutuhan customer.
  • Sistem tracking agar customer tahu posisi barang secara real time.

Tips Agar Impor Tidak Gagal

  1. Selalu cek regulasi barang sebelum membeli.
  2. Pastikan HS Code benar dan sesuai deskripsi produk.
  3. Pilih supplier terpercaya dengan review bagus.
  4. Hitung semua biaya impor, jangan hanya harga barang.
  5. Gunakan jasa forwarder berpengalaman seperti RTS.
  6. Siapkan timeline impor realistis (3–5 minggu via laut).
  7. Simpan semua bukti transaksi & dokumen.

FAQ Seputar Impor Pemula

Apakah impor dari China selalu mahal?

Tidak. Harga barang di China justru lebih murah. Yang membuat mahal biasanya kesalahan perhitungan biaya tambahan seperti pajak dan ongkos laut.

Bagaimana jika barang tertahan di bea cukai?

Segera hubungi forwarder seperti RTS untuk membantu penyelesaian dokumen, verifikasi HS Code, dan pembayaran pajak agar barang tidak dikembalikan.

Apakah bisa impor barang sedikit jumlahnya?

Bisa. Untuk jumlah kecil, bisa menggunakan layanan LCL (gabung kontainer) sehingga biaya lebih hemat dibanding FCL.

Apa risiko impor tanpa forwarder?

Risiko besar, mulai dari barang tertahan, salah HS Code, kena biaya tambahan, hingga gagal masuk ke Indonesia. Forwarder membantu meminimalisir semua risiko tersebut.

Berapa lama barang impor via laut sampai ke Indonesia?

Rata-rata 3–5 minggu tergantung jadwal kapal, proses muat di gudang China, serta clearance bea cukai di Indonesia.

RTS Ekspedisi Solusi Aman untuk Importir Pemula

Konsultasi gratis untuk cek HS Code, hitung biaya, dan rencana impor barang dari China.

Dengan pengalaman lebih dari 20 tahun, RTS Ekspedisi siap membantu importir pemula maupun berpengalaman. Semua biaya transparan, proses legal, dan ada layanan door to door via laut baik untuk FCL maupun LCL.

Jangan biarkan kesalahan kecil membuatmu gagal impor. Konsultasikan dulu dengan RTS agar lebih aman, lebih hemat, dan barangmu pasti sampai.